BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang tidak bisa
dipisahkan dari proses kehidupan manusia. Pendidikan telah menjadi kebutuhan
primer bagi tiap individu. Pendidikan merupakan proses untuk
memanusiakan manusia guna dapat bersaing pada dunia kerja sebagai manusia yang
berkompetensi.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut peningkatan mutu pendidikan, agar
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan yaitu dengan melaksanakan
perbaikan-perbaikan, perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam segala aspek
yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Proses
pendidikan,
khususnya di Indonesia selalu mengalami proses penyempurnaan yang akhirnya
menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Tiga konsep yang menjadi pilar-pilar
penyusun pendidikan adalah kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian yang masih sangat penting untuk diperhatikan oleh
pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa atau peserta didik.
Peningkatan
kulitas pendidikan dapat tercapai melalu peningkatan kualitas semua sektor pendidikan mulai dari peserta didik,
pengajar, hingga pembaruan kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam dunia
pendidikan, mata pelajaran Fisika mulai
diperkenalkan pada peserta didik dari
tahapan pendidikan yang dasar. Mata pelajaran Fisika diberikan kepada peserta
didik guna peserta didik mampu menemukan masalah serta memecahkannya dan
mempelajari berbagai macam konsep-konsep serta gejala alam yang terjadi di
sekitar lingkungan hidup mereka.
Mata
pelajaran Fisika pada
umumnya justru dikenal sebagai
mata pelajaran yang “ditakuti” dan tidak
disukai murid-murid. Kecenderungan
ini biasanya berawal dari
pengalaman belajar mereka dimana
mereka menemukan kenyataan
bahwa pelajaran Fisika adalah
pelajaran “berat” dan serius yang
tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian
soal-soal yang rumit melalui
pendekatan matematis (Purwanto, 2012 : 133).
Untuk mencapai tujuan pendidikan Fisika di sekolah, sudah
saatnya seorang guru bekerja dengan menyadari bahwa mengajar Fisika tidak
sekedar mengarahkan peserta didik berpikir tentang apa yang dipelajarinya dan
menerapkan metode mengajar yang dipilih, tetapi harus melihat dan mengamati apa
yang dipikirkan peserta didik serta proses yang berkembang dalam suatu diskusi
terhadap materi Fisika yang dipelajari peserta didik. Guru harus mencari cara
agar peserta didik aktif mentrasformasikan pengetahuan
Fisika yang dipilih. Oleh sebab itu guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang menempatkan peserta didik pada posisi acuan dalam keseluruhan
program pembelajaran. Sebab telah diketahui sebelumnya bahwa model pembelajaran merupakan
salah satu fondasi utama pembangunan pendidikan yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah saya lakukan pada
masa PPL tanggal 16 September 2013 sampai 17 November 2013 tepatnya di SMP
Negeri 1 Pallangga Gowa, hasil belajar siswa belum menunjukkan pencapaian yang
begitu maksimal. Hal ini ditunjukkan ketika dilaksanakan ulangan harian, dari
40 siswa yang mengikuti ulangan harian pada tanggal 1 Oktober 2013 hanya 15
orang siswa yang tuntas belajar, sedang 25 orang lainnya tidak mampu mencapai
KKM yang telah ditentukan. Ketuntasan belajar siswa tidak hanya 37,5% dari
jumlah siwa yang mengikuti ulangan harian.
Salah satu model pembelajaran yang bisa memenuhi
kebutuhan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR. Model
pembelajaran TANDUR digunakan untuk
membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran,
memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran
nyata bagi mereka, dan diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka dengan ini penulis tertarik dan merasa perlu untuk
melakukan seminar terkait dengan judul yang telah diterima sebagai syarat mata
kuliah yaitu: “Pengaruh
Model
Pembelajaran TANDUR terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil
belajar siswa pada
materi pokok kalor ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini
adalah: Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran TANDUR dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi pokok kalor.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan maslah
yang telah dikemukan di atas, maka manfaat yang diperoleh dalam hal ini ialah:
agar dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap
kemampuan hasil belajar siswa pada materi pokok kalor.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Model Pembelajaran TANDUR
Model
pembelajaran TANDUR merupakan
salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan
dalam quantum teaching. Dimana kita
ketahui quantum teaching memiliki
lima prinsip atau kebenaran tetap yakni:
1.
Segalanya
berbicara. Segala tingkah laku yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu
cara untuk berinteraksi dengan siswa sehingga siswa dapat ‘‘menangkap’’ yang
guru ajarkan dengan cepat.
2.
Segalanya
bertujuan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar memiliki tujuan.
3.
Pengalaman
sebelum pemberian nama. Guru dalam memberikan materi pelajaran disesuaikan
dengan pengalaman yang pernah dialami oleh siswa sehingga akan dengan mudah
siswa memahami materi yang akan diajarkan.
4.
Akui
setiap usaha. Guru harus dapat mengakui setiap usaha siswa dalam menangkap
materi yang diberikan dengan memberikan pengakuan atas segala kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.
5.
Jika
layak dipelajari layak pula dirayakan. Guru dapat memberikan pujian kepada siswa atas prestasi yang mereka peroleh sehingga
akan mendorong mereka untuk tetap dalam keadaan prima.
Setiap model pembelajaran memiliki
sintaks atau langkah-langkah yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks/langkah
pelaksanan model pembelajaran TANDUR sebagai berikut,
T :
Tumbuhkan
Menumbuhkan minat belajar siswa yaitu menjalin
interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi
ini. menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan
siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. menumbuhkan
minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan siswa dan
menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. Menurut Uzer Usman
(1995) untuk menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan,
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Menyampaikan aplikasi dan kegunaan dari bahan yang
akan dipelajari, siswa memahami
manfaat materi.
3.
Mengaitkan materi yang akan diajarkaan dengan apa yang
telah diketahui siswa.
4.
Mengadakan kompetisi antar siswa, misal dengan membagi
kelompok, tiap kelompok diberi tugas, kemudian mempresentasikannya.
5.
Menggunakan media yang relevan.
6.
Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial
yang kondusif, misalnya cara penyusunan kursi, menciptakan kondisi yang
harmonis antara siswa.
A : Alami
Konsep-konsep
yang abstrak disajikan menjadi nyata, maka guru perlu membuat siswa mengalami
langsung hal-hal yang dipelajari. Untuk melaksanakan langkah ini guru
memanfaatkan internet.
N : Namai
Ketika minat dan perhatian telah
tumbuh dan berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran siswa, maka pada saat itu
guru memberi informasi atau konsep yang diinginkan, di sini disebut dengan
langkah penamaan. Dengan langkah penamaan ini diharapkan akan menjawab tuntas
keraguan dan berbagai pertanyaan ketika masih pada tahap mengalami.
D : Demontrasikan
Saat siswa belajar sesuatu yang baru
dan mereka diberi pengalaman dan ditunjukkan konsep yang benar (Penamaan) dan
diberi kesempatan untuk berbuat (Demontrasi).
U : Ulangi
Memperoleh pengetahuan hanya dengan
jalan mengalami satu kali saja atau diingat setengah-setengah jelas akan mudah
sekali terlupakan dan bahkan tidak akan menetap dalam ingatan siswa, sebaliknya
pengetahuan dan pengalaman yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan
yang tetap dan dapat digunakan kapan saja. (Tim Didaktik Metodik, 1976).
R : Rayakan
Ekspresi kelompok yang telah
berhasil, misalnya dengan bertepuk tangan atau bernyanyi.
TANDUR
adalah akronim dari fase-fase
dalam model pembelajaran ini, yaitu Tumbuhkan (enroll), Alami (experience), Namai
(learn and label),
Demonstrasikan (demonstrate),
Ulangi (review and reflect), dan Rayakan (celebrate)
(DePorter et al., 2002: 10). Setiap fase memiliki strategi
yang dapat mempermudah guru dalam memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
1.
Fase Tumbuhkan (Enroll)
Fase pertama
dalam model pembelajaran
ini adalah menumbuhkan
suasana awal pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa lebih nyaman
untuk belajar. Pada fase
ini guru harus
menyertakan diri siswa
dalam membuat komitmen yang
jelas mengenai tujuan
pembelajaran. Selain itu
siswa harus mengetahui manfaat
yang mereka peroleh
dalam kegiatan pembelajaran
tersebut melalui AMBAK (Apakah Manfaatnya Bagiku). AMBAK disini berarti bahwa guru dengan rinci menjelaskan kegunaan
atau manfaat siswa mempelajari materi yang akan diajarkan, sehingga siswa akan
termotivasi melakukan sesuatu
apabila kegiatan tersebut
bermanfaat baginya. Strategi
yang dapat guru terapkan
adalah memberikan sesuatu
yang membuat rasa
ingin tahu siswa menjadi
meningkat, misalnya penayangan
video atau penggunaan
gambar yang menarik. Informasi
akan mudah diingat
apabila terdapat asosiasi
indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran (DePorter et al.,
2002: 69 dan 89).
Selain itu penggunaan
media pembelajaran akan
membangkitkan motivasi siswa dan merangsangnya untuk belajar dengan
baik (Sanjaya, 2010: 171).
2.
Fase Alami (Experience)
Fase selanjutnya
adalah memfasilitasi siswa
dalam memperoleh pengalaman belajarnya serta
menumbuhkan kebutuhan untuk
mengetahui. Pengalaman
sebelum penamaan memberikan
peluang siswa untuk
memberikan makna serta menciptakan pertanyaan yang membuat
rasa ingin tahu mereka lebih besar. Guru menggunakan pengetahuan
dan keingintahuan siswa
untuk memanfaatkan hasrat alami
otak untuk menjelajah.
Strategi dalam fase
ini adalah melakukan
kegiatan pemainan, simulasi, atau
kegiatan kelompok yang
dapat mengaktifkan
pengetahuan yang sudah
mereka miliki. Sebagaimana
yang telah dikemukakan
oleh Magnesen (DePorter et al.,
2002: 57) bahwa “kita
belajar lebih banyak
dari apa yang kita katakan dan lakukan”.
3.
Fase Namai (Learn and Label)
Memberikan
suatu identitas, mengurutkan dan mendefinisikan
suatu konsep yang telah
mereka dapatkan merupakan
tujuan dari fase
ini. Penamaan dibangun
di atas keingintahuan siswa pada saat itu. Pada tahap inilah saatnya
mengajarkan konsep, keterampilan berfikir,
serta strategi belajar
untuk (DePorter et
al., 2002: 91). Tujuan
dari penamaan ini
adalah membuat pengetahuan
yang mereka dapatkan lebih
bermakna. Makna diciptakan
oleh siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami
(Sardiman, 2010 dalam Asyanti,
2013).
Strategi yang digunakan adalah menggunakan
susunan gambar, warna,
alat bantu, kertas
tulis, dan poster.
Jika dibutuhkan, jembatan keledai dapat diterapkan pada fase ini untuk
mempermudah siswa mengenal konsep
yang baru. Alangkah
baiknya saat fase
ini digunakan warna-warna yang
menandai konsep penting
karena otak berpikir
dalam warna (DePorter et al.,
2002: 69).
4. Fase
Demonstrasikan (Demonstrate)
Memberikan peluang
kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan mereka ke
dalam pembelajaran lain
serta peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fase ini merupakan
cara agar siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan
yang baru. Strategi
yang dapat digunakan
adalah pemberian tugas yang
menuntut mereka menerapkan
pengetahuannya kedalam situasi yang
baru lalu menunjukan
kecakapan tersebut kepada
guru dan teman-temannya (DePorter et al., 2002:
92).
5. Fase
Ulangi (Review and Reflect)
Pengulangan
dan refleksi memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa percaya diri
siswa untuk mengetahui
apa yang telah
guru ajarkan pada
saat kegiatan pembelajaran. Pengulangan dan refleksi dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan, melibatkan
seluruh siswa yang
terdapat dalam kegiatan pembelajaran (DePorter
et al., 2002:
92). Strategi yang
dapat dilakukan adalah pelaksanaan kuis
sederhana serta menugaskan
siswa untuk mengisi
daftar isian “aku tahu
bahwa aku tahu”.
Pengulangan dan reinforcement membuat
koneksi daraf untuk menyimpan informasi menjadi lebih kuat
6. Fase
Rayakan (Celebration)
Perayaan memberikan
rasa rampung dengan
menghormati setiap usaha
yang dilakukan, ketekunan, serta kesuksesan (DePorter et al.,
2002: 93). Strategi yang dapat dilakukan
adalah memberikan pujian, pesta kelas atau hadiah kepada siswa. Pemberian reward
tersebut dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa
dalam kegiatan belajar selanjutnya
atau memperkuat konsep
yang mereka dapat
dalam otak. Model pembelajaran
TANDUR tidak lengkap
apabila di dalamnya
tidak menyertakan teori kecerdasan
berganda yang dikembangkan
oleh Gardner. Menurut teorinya,
kecerdasan adalah suatu
kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur
hidup (DePorter et al.,
2002: 96).
Adapun sintaks model pembelajaran TANDUR tergambar
pada tabel di bawah ini:
Langkah
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
T
=Tumbuhkan
|
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Memberitahu manfaat materi untuk
siswa.
3. Mengaitkan dengan dunia nyata.
4. Mengadakan kompetisi
5.
Menggunakan
media
6.
Mengajukan
berbagai pertanyaan dan masalah
7.
menciptakan
lingkungan fisik dan emosional
|
1. Memperhatikan penjelasan guru.
2. Mengerjakan tugas.
3. Saling berkompetisi secara sehat.
|
A
= Alami
|
1. mengajak siswa terlibat dalam
pembelajaran.
2. Menciptakan keterlibatan pikiran
dan fisik dan mental siswa.
|
1. Mengerjakan tugas
2. Mengamati media.
3. Menjawab pertanyaan.
4. Membuat kesimpulan
5. Berdiskusi kelompok
|
N
= Namai
|
Menyajikan
materi dengan menggunakan perangkat
|
Memperhatikan,
bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat
|
D
= Demontrasikan
|
1.
memperlihatkan alat-alat yang termasuk golongan konduktor dan isolator
|
1. berlatih menyelesaikan pertanyaan,
menyelesaikan tugas.
2. Menampilkan hasil kerja kelompok3.
mengungkapkan berbagai saran dan pendapat.
|
U
= Ulangi
|
1. mengulang kembali konsep dan umpat
balik
|
1. mengungkapkan pendapat berdasarkan
hasil pengamatan dan pengalaman belajar.
2. membuat kesimpulan dengan
kata-kata sendiri
|
R
= rayakan
|
1.
Memberi dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa2. Memberikan reward
kepada kelompok
|
1.
Memberikan ekspresi atas keberhasilan kelompok
|
B. Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam
proses belajar mengajar. Abdurrahman (Marshal Ashari, 2007 dalam Miati, 2012) menyatakan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar.
Hasil
belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan
belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
tidak semudah yang dibayangkan tapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan
minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik. (Miati, 2012).
Menurut
Killer (Abdurrahman, 1999 dalam Mashal Ashari, 2007 dalam Miati, 2012) hasil belajar adalah
prestasi aktual
yang yang ditampilkan
oleh anak. Hasil
belajar yang dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada
penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
“Hasil
belajar adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bahan pelajaran setelah
memperoleh pengalaman dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan
melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar.” (Miati, 2012)
Menurut Syah (dalam Nurmalasari, 2012) mengemukakan “
hasil belajar adalah hasil pengungkapan belajar yang meliputi ranah cipta
(kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotorik)”. Winkel
(dalam Sumantri, 1998 dalam Nurmalasari, 2012) mengemukakan “hasil belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar
atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya”.
Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Nurmalasari, 2012) tiga
ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A. J. Romizowski hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem
pemerosesan masukan (input).
Menurut Abdurrahman (dalam Nurmalasari, 2012) masukan dari sistem tersebut
berupa bemacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau
kinerja (performance) (Asep Jihad,
2008:14 dalam Nurmalasari, 2012).
Benjamin S. Bloom (dalam Nurmalasari, 2012) berpendapat bahwa hasil belajar
dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: (a) pengetahuan tentang fakta;
(b) pengetahuan tentang prosedural; (c) pengetahuan konsep; (d) pengetahuan
tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri, yaitu: (a) keterampilan untuk
berpikir atau keterampilan kognitif; (b) keterampilan untuk bertindak atau
keterampilan atau keterampilan motorik; (c) keterampilan bereaksi atau
bersikap; (d) keterampilan berinteraksi.
Gagne (dalam Slameto, 2003 dalam Nurmalasari, 2012)
mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, yaitu:
1.
Keterampilan
intelektual, yaitu keterampilan individu mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada
pemikiran yang rumit bahkan dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Kemampuan intelektual tergantung pada kapasitas intelektual kecerdasan
seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.
2.
Strategi
kognitif, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara belajar dan
berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
3.
Informasi
verbal, penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
secara lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
4.
Keterampilan
motorik, ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol
oleh otot dan fisik, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan
jangka dan sebagainya.
5.
Sikap,
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan.dengan kata lain, sikap adalah dalam diri individu
yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa yang di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran
dan kesiapan untuk bertindak.
Dari beberapa pengertian sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan peserta
didik dalam menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman belajar
dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh
dalam tes hasil belajar.
C. Materi Ajar
KALOR
Kalor dapat berpindah dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang
suhunya rendah. Adapun persamaan kalor
Keterangan
Q = Banyaknya kalor yang diserap
atau dilepaskan (joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat
(joule/kg°C)
Δt
= Perubahan suhu (°C)
PERPINDAHAN KALOR
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain. Perpindahan kalor dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu : konduksi,
konveksi, dan radiasi.
1.
Konduksi
Konduksi adalah
perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan
partikel-partikelnya. Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a.
Konduktor
Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor
baik.
Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll.
b.
Isolator
Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor
kurang baik.
Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll.
Dalam kehidupan
sehari-hari, dapat kamu jumpai peralatan rumah tangga yang prinsip kerjanya
memanfaatkan konsep perpindahan kalor secara konduksi, antara lain : setrika
listrik, solder. Mengapa alat-alat rumah tangga seperti setrika, solder, panci,
wajan terdapat pegangan dari bahan isolator? Hal ini bertujuan untuk menghambat
konduksi panas supaya tidak sampai ke tangan kita.
2.
Konveksi
Konveksi adalah
perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel
zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu
dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:
a.
Pada
zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem
aliran air panas.
b.
Pada
zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin
laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam
ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
3.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat
perantara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran TANDUR dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
B. Saran
1.
Sebaiknya
model pembelajaran TANDUR diterapkan pada materi yang dalam penyajiannya dapat
didemonstrasikan.
2.
Sebelum
Menerapkan model pembelajaran TANDUR di kelas, sebaiknya pendidik menguasai
langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan.
3.
Dalam
penerapannya di kelas sebaiknya pendidik mengikuti sintaks dari model
pembelajaran TANDUR yang telah ada, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
De Porter Bobbi, et.
all. 2004. Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa PT Mitan Pustaka.
Hendriani Iin.
2010. Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayah Tullah.
Karlimah. 2007. Pembelajaran Sains dengan Metode TANDUR
untuk Meningkatkan Keterampilan Observasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dasar.
Miati. 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika
Melalui Metode Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII
Smp Negeri 1 Bajeng
Kabupaten Gowa. (Skripsi).
Makassar: UMM.
Nurmalasari. 2012. Peningkatan
Hasil Belajar Ipa Konsep Perubahan Wujud Benda Melalui Penerapan Pendekatan
Kontekstual Pada Murid Kelas V S Inpres
Pattallassang Kabupaten
Gowa. (skripsi). Makassar: UMM.
Nurmuawwanah Asyanti. 2013. Model Pembelajaran
TANDUR pada Materi Pokok Kalor. (Makalah Seminar). Makassar: UMM.
Purwanto Andik.
2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA
Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam
Pembelajaran Fisika. Bengkulu: Jurnal Exacta vol X.
Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya. 1976, Pengantar Dikdaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: CV Rajawali.
Uzer Usman Muh. 1995. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
o103n7ijujn027 Clitoral Vibrators,glass dildos,sex chair,dog dildo,dildo,horse dildo,vibrators,sex chair,dildos j788v3cwtbw819
BalasHapus