Senin, 10 Februari 2014

TANDUR


BAB I


PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses kehidupan manusia. Pendidikan telah menjadi kebutuhan primer bagi tiap individu. Pendidikan merupakan proses untuk memanusiakan manusia guna dapat bersaing pada dunia kerja sebagai manusia yang berkompetensi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut peningkatan mutu pendidikan, agar dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan yaitu dengan melaksanakan perbaikan-perbaikan, perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam segala aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Proses pendidikan, khususnya di Indonesia selalu mengalami proses penyempurnaan yang akhirnya menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Tiga konsep yang menjadi pilar-pilar penyusun pendidikan adalah kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian yang masih sangat penting untuk diperhatikan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau peserta didik.
Peningkatan kulitas pendidikan dapat tercapai melalu peningkatan kualitas semua sektor pendidikan mulai dari peserta didik, pengajar, hingga pembaruan kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran Fisika mulai diperkenalkan pada peserta didik dari tahapan pendidikan yang dasar. Mata pelajaran Fisika diberikan kepada peserta didik guna peserta didik mampu menemukan masalah serta memecahkannya dan mempelajari berbagai macam konsep-konsep serta gejala alam yang terjadi di sekitar lingkungan hidup mereka.
Mata  pelajaran  Fisika  pada  umumnya  justru dikenal sebagai mata pelajaran yang “ditakuti” dan tidak  disukai  murid-murid.  Kecenderungan  ini biasanya  berawal  dari  pengalaman  belajar  mereka dimana  mereka  menemukan  kenyataan  bahwa pelajaran  Fisika  adalah  pelajaran “berat” dan  serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep,  penyelesaian  soal-soal  yang  rumit  melalui pendekatan matematis (Purwanto, 2012 : 133).
Untuk mencapai tujuan pendidikan Fisika di sekolah, sudah saatnya seorang guru bekerja dengan menyadari bahwa mengajar Fisika tidak sekedar mengarahkan peserta didik berpikir tentang apa yang dipelajarinya dan menerapkan metode mengajar yang dipilih, tetapi harus melihat dan mengamati apa yang dipikirkan peserta didik serta proses yang berkembang dalam suatu diskusi terhadap materi Fisika yang dipelajari peserta didik. Guru harus mencari cara agar peserta didik aktif mentrasformasikan  pengetahuan  Fisika yang dipilih. Oleh sebab itu guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik pada posisi acuan dalam keseluruhan program pembelajaran. Sebab telah diketahui sebelumnya bahwa model pembelajaran merupakan salah satu fondasi utama pembangunan pendidikan yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah saya lakukan pada masa PPL tanggal 16 September 2013 sampai 17 November 2013 tepatnya di SMP Negeri 1 Pallangga Gowa, hasil belajar siswa belum menunjukkan pencapaian yang begitu maksimal. Hal ini ditunjukkan ketika dilaksanakan ulangan harian, dari 40 siswa yang mengikuti ulangan harian pada tanggal 1 Oktober 2013 hanya 15 orang siswa yang tuntas belajar, sedang 25 orang lainnya tidak mampu mencapai KKM yang telah ditentukan. Ketuntasan belajar siswa tidak hanya 37,5% dari jumlah siwa yang mengikuti ulangan harian.
Salah satu model pembelajaran yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR. Model pembelajaran TANDUR digunakan untuk membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka, dan diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dengan ini penulis tertarik dan merasa perlu untuk melakukan seminar terkait dengan judul yang telah diterima sebagai syarat mata kuliah yaitu: “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok  kalor ?
C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini adalah: Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran TANDUR dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi pokok kalor.

D.  Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan maslah yang telah dikemukan di atas, maka manfaat yang diperoleh dalam hal ini ialah: agar dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap kemampuan hasil belajar siswa pada materi pokok kalor.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Model Pembelajaran TANDUR
Model  pembelajaran  TANDUR  merupakan  salah  satu  model  pembelajaran  yang  dikembangkan  dalam  quantum  teaching.  Dimana kita ketahui quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap yakni:
1.    Segalanya berbicara. Segala tingkah laku yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan siswa sehingga siswa dapat ‘‘menangkap’’ yang guru ajarkan dengan cepat.
2.    Segalanya bertujuan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki tujuan.
3.    Pengalaman sebelum pemberian nama. Guru dalam memberikan materi pelajaran disesuaikan dengan pengalaman yang pernah dialami oleh siswa sehingga akan dengan mudah siswa memahami materi yang akan diajarkan.
4.    Akui setiap usaha. Guru harus dapat mengakui setiap usaha siswa dalam menangkap materi yang diberikan dengan memberikan pengakuan atas segala kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5.    Jika layak dipelajari layak pula dirayakan. Guru dapat memberikan pujian  kepada siswa atas prestasi yang mereka peroleh sehingga akan mendorong mereka untuk tetap dalam keadaan prima. 
Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks/langkah pelaksanan model pembelajaran TANDUR sebagai berikut,
T : Tumbuhkan
 Menumbuhkan minat belajar siswa yaitu menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. Menurut Uzer Usman (1995) untuk menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan,
1.    Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.    Menyampaikan aplikasi dan kegunaan dari bahan yang akan dipelajari, siswa    memahami manfaat materi.
3.    Mengaitkan materi yang akan diajarkaan dengan apa yang telah diketahui siswa.
4.    Mengadakan kompetisi antar siswa, misal dengan membagi kelompok, tiap kelompok diberi tugas, kemudian mempresentasikannya.
5.    Menggunakan media yang relevan.
6.    Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang kondusif, misalnya cara penyusunan kursi, menciptakan kondisi yang harmonis antara siswa.
A : Alami
Konsep-konsep yang abstrak disajikan menjadi nyata, maka guru perlu membuat siswa mengalami langsung hal-hal yang dipelajari. Untuk melaksanakan langkah ini guru memanfaatkan internet.
N : Namai
Ketika minat dan perhatian telah tumbuh dan berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran siswa, maka pada saat itu guru memberi informasi atau konsep yang diinginkan, di sini disebut dengan langkah penamaan. Dengan langkah penamaan ini diharapkan akan menjawab tuntas keraguan dan berbagai pertanyaan ketika masih pada tahap mengalami.


D : Demontrasikan
Saat siswa belajar sesuatu yang baru dan mereka diberi pengalaman dan ditunjukkan konsep yang benar (Penamaan) dan diberi kesempatan untuk berbuat (Demontrasi).
U : Ulangi
Memperoleh pengetahuan hanya dengan jalan mengalami satu kali saja atau diingat setengah-setengah jelas akan mudah sekali terlupakan dan bahkan tidak akan menetap dalam ingatan siswa, sebaliknya pengetahuan dan pengalaman yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap dan dapat digunakan kapan saja. (Tim Didaktik Metodik, 1976).
R : Rayakan
Ekspresi kelompok yang telah berhasil, misalnya dengan bertepuk tangan atau bernyanyi.
TANDUR  adalah  akronim dari fase-fase dalam model pembelajaran ini, yaitu Tumbuhkan (enroll), Alami  (experience),  Namai  (learn  and  label),  Demonstrasikan  (demonstrate), Ulangi (review and reflect), dan Rayakan (celebrate) (DePorter  et al., 2002: 10). Setiap fase memiliki strategi yang dapat mempermudah guru dalam memfasilitasi kegiatan belajar siswa. 

1.    Fase Tumbuhkan (Enroll)
Fase  pertama  dalam  model  pembelajaran  ini  adalah  menumbuhkan  suasana awal pembelajaran  yang  menyenangkan dan membuat siswa lebih nyaman untuk belajar.  Pada  fase  ini  guru  harus  menyertakan  diri  siswa  dalam  membuat komitmen  yang  jelas  mengenai  tujuan  pembelajaran.  Selain  itu  siswa  harus mengetahui  manfaat  yang  mereka  peroleh  dalam  kegiatan  pembelajaran  tersebut melalui  AMBAK  (Apakah Manfaatnya Bagiku).  AMBAK disini berarti  bahwa guru dengan rinci menjelaskan kegunaan atau manfaat siswa mempelajari materi yang akan diajarkan, sehingga siswa  akan  termotivasi  melakukan  sesuatu  apabila  kegiatan  tersebut  bermanfaat  baginya.  Strategi  yang dapat  guru  terapkan  adalah  memberikan  sesuatu  yang  membuat  rasa  ingin  tahu siswa  menjadi  meningkat,  misalnya  penayangan  video    atau  penggunaan  gambar yang  menarik.  Informasi  akan  mudah  diingat  apabila  terdapat  asosiasi  indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran (DePorter et al., 2002: 69 dan 89). Selain  itu  penggunaan  media  pembelajaran  akan  membangkitkan  motivasi  siswa dan merangsangnya untuk belajar dengan baik  (Sanjaya, 2010: 171).
2.    Fase Alami (Experience)
Fase  selanjutnya  adalah  memfasilitasi  siswa  dalam  memperoleh  pengalaman belajarnya  serta  menumbuhkan  kebutuhan  untuk  mengetahui.  Pengalaman sebelum  penamaan  memberikan  peluang  siswa  untuk  memberikan  makna  serta menciptakan pertanyaan yang membuat rasa ingin tahu mereka lebih besar. Guru menggunakan  pengetahuan  dan  keingintahuan  siswa  untuk  memanfaatkan  hasrat alami  otak  untuk  menjelajah.  Strategi  dalam  fase  ini  adalah  melakukan  kegiatan pemainan,  simulasi,  atau  kegiatan  kelompok  yang  dapat  mengaktifkan pengetahuan  yang  sudah  mereka  miliki.  Sebagaimana  yang  telah  dikemukakan  oleh  Magnesen  (DePorter et  al.,  2002:  57)  bahwa  kita  belajar  lebih  banyak  dari  apa yang kita katakan dan lakukan.
3.    Fase Namai (Learn and Label)
Memberikan suatu identitas, mengurutkan dan mendefinisikan  suatu konsep  yang  telah  mereka  dapatkan  merupakan  tujuan  dari  fase  ini.  Penamaan  dibangun  di atas keingintahuan siswa pada saat itu. Pada tahap inilah saatnya mengajarkan konsep,  keterampilan  berfikir,  serta  strategi  belajar  untuk  (DePorter  et  al.,  2002: 91).  Tujuan  dari  penamaan  ini  adalah  membuat  pengetahuan  yang  mereka dapatkan  lebih  bermakna.  Makna  diciptakan  oleh  siswa  dari  apa  yang  mereka lihat, dengar, rasakan dan alami (Sardiman, 2010 dalam Asyanti, 2013). Strategi yang digunakan adalah menggunakan  susunan  gambar,  warna,  alat  bantu,  kertas  tulis,  dan  poster.  Jika dibutuhkan, jembatan keledai dapat diterapkan pada fase ini untuk mempermudah siswa  mengenal  konsep  yang  baru.  Alangkah  baiknya  saat  fase  ini  digunakan warna-warna  yang  menandai  konsep  penting  karena  otak  berpikir  dalam  warna (DePorter et al., 2002: 69). 
4.    Fase Demonstrasikan (Demonstrate)
Memberikan  peluang  kepada  siswa  untuk  menerapkan  pengetahuan  mereka ke  dalam  pembelajaran  lain  serta  peristiwa  yang  terjadi  dalam  kehidupan sehari-hari. Fase ini merupakan cara agar siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan mereka  dengan  pengetahuan  yang  baru.  Strategi  yang  dapat  digunakan  adalah pemberian  tugas  yang  menuntut  mereka  menerapkan  pengetahuannya  kedalam situasi  yang  baru  lalu  menunjukan  kecakapan  tersebut  kepada  guru  dan  teman-temannya (DePorter et al., 2002: 92).
5.    Fase Ulangi (Review and Reflect)
Pengulangan dan refleksi memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa percaya  diri  siswa  untuk  mengetahui  apa  yang  telah  guru  ajarkan  pada  saat kegiatan pembelajaran. Pengulangan dan refleksi dilakukan secara multimodalitas dan  multikecerdasan,  melibatkan  seluruh  siswa  yang  terdapat  dalam  kegiatan pembelajaran  (DePorter  et  al.,  2002:  92).  Strategi  yang  dapat  dilakukan  adalah pelaksanaan  kuis  sederhana  serta  menugaskan  siswa  untuk  mengisi  daftar  isian “aku  tahu  bahwa  aku  tahu”.  Pengulangan  dan  reinforcement  membuat  koneksi daraf untuk menyimpan informasi menjadi lebih kuat
6.    Fase Rayakan (Celebration)
Perayaan  memberikan  rasa  rampung  dengan  menghormati  setiap  usaha  yang dilakukan, ketekunan, serta kesuksesan (DePorter et al., 2002: 93). Strategi  yang dapat dilakukan adalah memberikan pujian, pesta kelas atau hadiah kepada siswa. Pemberian  reward  tersebut  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  dalam kegiatan  belajar  selanjutnya  atau  memperkuat  konsep  yang  mereka  dapat  dalam otak.  Model  pembelajaran  TANDUR  tidak  lengkap  apabila  di  dalamnya  tidak menyertakan  teori  kecerdasan  berganda  yang  dikembangkan  oleh  Gardner. Menurut  teorinya,  kecerdasan  adalah  suatu  kesinambungan  yang  dapat dikembangkan  seumur  hidup  (DePorter et  al.,  2002:  96).   



Adapun sintaks model pembelajaran TANDUR tergambar pada tabel di bawah ini:
Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
T =Tumbuhkan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Memberitahu manfaat materi untuk siswa.
3.  Mengaitkan dengan dunia nyata.
4. Mengadakan kompetisi
5. Menggunakan media
6. Mengajukan berbagai pertanyaan dan masalah
7. menciptakan lingkungan fisik dan emosional
1.  Memperhatikan penjelasan guru.
2.  Mengerjakan tugas.
3.  Saling berkompetisi secara sehat.
A = Alami
1. mengajak siswa terlibat dalam pembelajaran.
2. Menciptakan keterlibatan pikiran dan fisik dan mental siswa.
1.  Mengerjakan tugas
2.  Mengamati media.
3.  Menjawab pertanyaan.
4.  Membuat kesimpulan
5.  Berdiskusi kelompok
N = Namai
Menyajikan materi dengan menggunakan perangkat
Memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat
D = Demontrasikan
1. memperlihatkan alat-alat yang termasuk golongan konduktor dan isolator
1.  berlatih menyelesaikan pertanyaan, menyelesaikan tugas.
2.  Menampilkan hasil kerja kelompok3. mengungkapkan berbagai saran dan pendapat.
U = Ulangi
1. mengulang kembali konsep dan umpat balik
1.  mengungkapkan pendapat berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman belajar.
2.  membuat kesimpulan dengan kata-kata sendiri
R = rayakan
1. Memberi dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa2. Memberikan reward kepada kelompok
1. Memberikan ekspresi atas keberhasilan kelompok


B.  Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam proses belajar mengajar. Abdurrahman (Marshal Ashari, 2007 dalam Miati, 2012) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan tapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik. (Miati, 2012).
Menurut Killer (Abdurrahman, 1999 dalam Mashal Ashari, 2007 dalam Miati, 2012) hasil belajar adalah prestasi aktual yang yang ditampilkan oleh anak. Hasil belajar yang dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar.” (Miati, 2012)
Menurut Syah (dalam Nurmalasari, 2012) mengemukakan “ hasil belajar adalah hasil pengungkapan belajar yang meliputi ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotorik)”. Winkel (dalam Sumantri, 1998 dalam Nurmalasari, 2012) mengemukakan “hasil belajar adalah  suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Nurmalasari, 2012) tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A. J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem  pemerosesan masukan (input). Menurut Abdurrahman (dalam Nurmalasari, 2012) masukan dari sistem tersebut berupa bemacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance) (Asep Jihad, 2008:14 dalam Nurmalasari, 2012).
Benjamin S. Bloom (dalam Nurmalasari, 2012) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: (a) pengetahuan tentang fakta; (b) pengetahuan tentang prosedural; (c) pengetahuan konsep; (d) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri, yaitu: (a) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif; (b) keterampilan untuk bertindak atau keterampilan atau keterampilan motorik; (c) keterampilan bereaksi atau bersikap; (d) keterampilan berinteraksi.



Gagne (dalam Slameto, 2003 dalam Nurmalasari, 2012) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, yaitu:
1.    Keterampilan intelektual, yaitu keterampilan individu mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit bahkan dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan intelektual tergantung pada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.
2.    Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara belajar dan berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
3.    Informasi verbal, penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun secara lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
4.    Keterampilan motorik, ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.
5.    Sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan.dengan kata lain, sikap adalah dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa yang di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Dari beberapa pengertian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar.



C.  Materi Ajar
KALOR
Kalor dapat berpindah dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya rendah. Adapun persamaan kalor

  Q = m c Δt



Keterangan
Q   = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (joule)
m   = Massa zat (kg)
c    = Kalor jenis zat (joule/kg°C)
Δt  = Perubahan suhu (°C)

PERPINDAHAN KALOR
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Perpindahan kalor dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu : konduksi, konveksi, dan radiasi.
1.    Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikelnya. Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Konduktor
Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik.
Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll.
b.    Isolator
Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.
Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kamu jumpai peralatan rumah tangga yang prinsip kerjanya memanfaatkan konsep perpindahan kalor secara konduksi, antara lain : setrika listrik, solder. Mengapa alat-alat rumah tangga seperti setrika, solder, panci, wajan terdapat pegangan dari bahan isolator? Hal ini bertujuan untuk menghambat konduksi panas supaya tidak sampai ke tangan kita.
2.    Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:
a.    Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem aliran air panas.
b.    Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
3.    Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TANDUR dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

B.  Saran
1.    Sebaiknya model pembelajaran TANDUR diterapkan pada materi yang dalam penyajiannya dapat didemonstrasikan.
2.    Sebelum Menerapkan model pembelajaran TANDUR di kelas, sebaiknya pendidik menguasai langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan.
3.    Dalam penerapannya di kelas sebaiknya pendidik mengikuti sintaks dari model pembelajaran TANDUR yang telah ada, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.











DAFTAR PUSTAKA

De Porter Bobbi, et. all. 2004. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa PT Mitan Pustaka.
Hendriani Iin. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayah Tullah.
Karlimah. 2007. Pembelajaran Sains dengan Metode TANDUR untuk Meningkatkan Keterampilan Observasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.
Miati. 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Metode Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. (Skripsi). Makassar: UMM.
Nurmalasari. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Konsep Perubahan Wujud Benda Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Murid Kelas V S Inpres Pattallassang Kabupaten Gowa. (skripsi). Makassar: UMM.
Nurmuawwanah Asyanti. 2013. Model Pembelajaran TANDUR pada Materi Pokok Kalor. (Makalah Seminar). Makassar: UMM.
Purwanto Andik. 2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika. Bengkulu: Jurnal Exacta vol X.
Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya. 1976, Pengantar Dikdaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: CV Rajawali.
Uzer Usman Muh. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

1 komentar: